Untuk Kamu Yang Berkerudung Merah
Maafkan aku,
Yang, malam tadi mengendap-endap di bawah jendelamu
Berharap kau keluar dan menebarkan harum tubuhmu
Malam begitu dingin sampai-sampai aku harus membakar tanganku dengan lilin
Tapi kau tak kunjung membuka jendelamu
Padahal jantungku berdegup laksana tambur
Menyanyikan gundah gulana
Aku tahu kau juga menungguku mengetuk jendelamu
Tapi raksasa penjagamu membekap mulutmu
Dan menahanmu meneriakkan namaku
Apakah kamu juga begini
Masih mencari relung-relung palung hatiku
Saat mataku dan matamu bertemu di selat rindu
Mencoba menuai gelora-gelora asmara di samudera cinta
Atau kita akan menepi
Mengikuti arah mata angin
Dan menemukan pantai yang bisu
Tanpa riuh nelayan dan burung bangau
Lalu menanamkan hati kita di tepi garis pantai, Satu persatu
Melihatnya tumbuh, berkembang dan berbunga
Tapi kenapa kamu tidak datang?
Ketika matahari menunggu di balik bukit
Dan hamparan sawah yang menguning
Lembayung hatiku,
Menghantarkanmu,
Bidadari yang bergegas
Menjumputi selendang yang berserak di bebatuan
Bersama dinginnya kopi
Dan secangkir teh, untukmu
***
Aku masih bisu menunggumu
Berharap akulah Jaka Tarub yang tolol dan tak punya sopan santun
Lalu mencuri selendangmu dan menceritakan padamu dongeng-dongeng
***
Hampir saja persembunyianku terbongkar
Ketika purnama mengantar remaja
Mengendap ke dalam bayang-bayang
***
Sepasang cangkir teh dan kopi itu masih bisu menunggumu
Berharap purnama masih tetap remaja
Dan tanganku sekarang melepuh sisa menahan dingin tadi malam