Monthly Archives: Agustus 2013

Miss World Harus Dihentikan Sekarang atau Tidak Sama Sekali!

TOLAK MISS WORLD 2013
Oleh: Abahna Jafits

Seperti telah diketahui public, dari tanggal 4 hingga 28 September yang akan datang, Indonesia akan menjadi tuan rumah ajang Miss World ke-63. Acaranya sendiri akan diadakan di Jakarta dan Bali. Untuk beberapa lama peserta akan dikarantina di Nusa Dua Bali dan malam penagurahan dilakukan di Sentul International Convention Center.

Namun demikian gelombang penolakan terus bergulir. Terakhir, MUI dan KOMNAS HAM bersama-sama menolak diselenggarakannya ajang kecantikan Miss World di Indonesia. Mereka menilai tak ada manfaat yang signifikan bagi rakyat Indonesia jika ajang kontes kecantikan itu tetap diselenggarakan di Negara dimana hamper 90 persen penduduknya adalah muslim.

Sikap tersebut didukung pula oleh anggota DPR RI Komisi VIII, Asep Maoshul Affandy, di Jakarta tanggal 27 Agustus 2013 yang lalu seperti diberitakan harian Pikiran Rakyat tertanggal 28 Agustus 2013.

Dalam reportase yang sama, Asep Maoshul Affandy dilaporkan berpendapat bahwa sesungguhnya kecantikan yang hakiki atau sebenarnya adalah kecantikan dari dalam atau inner beauty yang berupa akhlak yang baik serta kecerdasan dalam berpikir. “Saya melihat tidak ada manfaat yang besar dari ajang tersebut, selain hanya untuk mempertontonkan dan memperlombakan kecantikan fisik dan aurat seorang wanita,” ujar Asep.

Pendapat Asep Maoshul Affandy adalah seratus persen benar karena kontes kecantikan tertua yang diciptakan di Inggris oleh seseorang bernama Eric Morley pada tahun 1951 ini pada awalnya adalah sebuah Festival Kontes Bikini yang ditujukan untuk mempromosikan pakaian renang. Kemudian disebut “Miss World” oleh media.

Sepenggal Sejarah Miss World dan Kontroversi yang Mengitarinya

Kontes ini pada awalnya hanya untuk dilaksanakan sekali saja, namun melihat keberhasilan Miss Universe, Morley kemudian memutuskan untuk membuatnya sebagai ajang tahunan.

Pada tahun 1959, BBC mulai menyiarkan kompetisi ini dan memulai popularitas kontes ini di dunia pertelevisian. Sehingga antara tahun 1960-an dan 1970-an, kontes ini menjadi acara yang paling digemari di dunia pertelevisian Inggris. Namun demikian pada tahun 1970, di London kontes ini diwarnai protes penggiat kebebasan perempuan yang menggunakan bom tepung, bom yang menebarkan bau tidak sedap dan pistol air sebagai senjatanya.

Pada awal kemunculannya, kontes ini murni untuk mempertontonkan kemolekan tubuh wanita dengan segala gaya dan kemewahan duniawinya. Baru pada sekitar tahun 1980-an kontes kecantikan ini mereposisikan diri dengan slogan Beauty With a Purpose dan menambahkan tes kecerdasan serta tes kepribadian.
Meskipun menambahkan beberapa criteria dengan memasukkan aspek intelektual, seperti wawasan sejarah, pengetahuan umum, dan kemampuan bahasa, kontes ini tidak beranjak dari konsep awalnya yaitu mempertontonkan kemolekan dan keindahan tubuh wanita. Dalam sebuah acara konferensi pers di Jakarta, (19/2/2013), Julia Morley, Chairwoman of Miss World Organization mengatakan: “Mereka semua yang mengikuti ajang Miss World adalah wanita-wanita cantik. Mereka semua bisa menjadi Miss World. Tapi kami memilih peraih gelar Miss World tidak hanya dari wajah cantik saja, tapi sangat penting bagi kami melihat satu di antara mereka yang benar-benar memiliki jiwa sosial yang tinggi.” (www.okezone.com) (http://www.hidayatullah.com/read/28447/06/05/2013/%E2%80%9Cpenistaan-martabat-perempuan%E2%80%9D-.html) .

Bangsa Indonesia semestinya sadar bahwa criteria apapun yang ditambahkan pada kontes ini sejatinya hanya kamuflase untuk menutupi wajah aslinya. Sejarah mencatat ada begitu banyak kontroversi yang disebabkan kontes kecantikan ini.

Tahun 2002 kontes ini berencana memilih Abuja, ibukota Nigeria sebagai tuan rumah sesi finalnya. Keputusan ini mengundang kontrovesi. Amina Lawal, seorang kontestan dari Nigeria hamper saja mati dihukum rajam, namun Miss World memilih menggunakan publisitasnya dan membawa masalah ini ke hadapan perhatian dunia. Meskipun isu boikot terus meningkat di media internasional, kontes ini teru dilanjutkan setelah direncanakan ulang untuk menghindari atau menghormati bulan Ramadan, dengan begitu banyak Negara yang mengirimkan delegasinya. Osmel Sousa dari Venezuela, mengatakan “hal demikian (partisipasi Miss Venezuela dalam kontes tsb) tidaklah menjadi masalah.” Namun masalah tidak berakhir disitu. Editorial harian A ThisDay (Lagos, Nigeria) mengatakan bahwa “Muhammad would probably have chosen one of his wives from among the contestants had he been alive to see it (Muhammad mungkin saja memilih salah satu istrinya dari antara kontestan itu jika saja beliau masih hidup dan menyaksikannya).” Pernyataan ini kontan saja dianggap sebagai sebuah penghinaan karena kontestan nyata-nyata berpakaian minim bahkan cenderung telanjang sebagaimana orang mau mandi. Dan hal itu adalah amoral menurut tata aturan Islam. Pernyataan ini menjadi penyulut kerusuhan antar umat beragama yang dimulai dari tanggal 22 Nopember tahun itu dimana sekitar 200 orang mati terbunuh di kota Kaduna, dan banyak rumah ibadat dibumihanguskan. Dan karena kerusuhan ini, kontes kecantikan ini diboyong kembali ke London (https://en.wikipedia.org/wiki/Miss_world).

Bagaimana Kita Bersikap?

Kita tentu tidak menginginkan kerusuhan seperti yang terjadi di Nigeria terjadi di Indonesia. Kita berharap para penggiat dan panitia local kontes ini yang dimotori oleh istri pengusaha media massa terkenal di Indonesia ini sadar akan bahaya yang mengintainya. Kita berharap mereka lebih menghargai tata aturan, norma, adat dan agama yang berkembang di negeri ini.

Kita sadar bahwa kontes ini juga akan memberikan nilai positif bagi kepariwisataan di negeri ini. Seperti memperkenalkan budaya, fashion dan tempat-tempat pariwisata di negeri ini. Tapi hal demikian adalah hal secuil saja dibanding rusaknya moral dan worlview anak bangsa, yang seharusnya diarahkan pada sikap hidup mengejar keabadian akhirat menjadi beralih kepada hanya mengejar publisitas, materi dan dunia sesaat.

Fenomena “kontes kecantikan” adalah salah satu ciri dari peradaban materi yang menjadi cirri khas peradaban Barat (Western Civilization). Peradaban Barat modern sarat dengan pemujaan materi. Ada empat hal yang dipuja dalam peradaban ini, yaitu: kekayaan, jabatan, kecantikan, dan popularitas. Agama disingkirkan sebagai sumber nilai, digantikan dengan budaya dan spekulasi akal. (http://www.hidayatullah.com/read/28447/06/05/2013/%E2%80%9Cpenistaan-martabat-perempuan%E2%80%9D-.html)

Hal demikian tentu saja bertentangan dengan pandangan Islam yang menganggap segala kesenangan apapun yang berada di dunia hanyalah kamuflase dan menipu seperti dinyatakan oleh Al-Qur’an surah Al-Hadiid ayat 20 “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

Dalam Islam, tidak penting seseorang itu cantik atau buruk rupa, gagah atau loyo, perlente atau kucel, tinggi atau pendek, pintar atau bodoh, kaya atau miskin atau apapun yang biasanya diukur menurut ukuran materi manusia. Allah SWT telah mengatakan “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)

Kita sudah melihat bagaimana panitia local kontes ini secara terang-terangan mempromosikannya. Mereka membujuk, merayu dan mengatakan bahwa dengan diadakannya kontes ini akan memicu kreatifitas anak bangsa sehingga pamor Indonesia akan meningkat di mata dunia sebagai Negara yang toleran dan menjunjung tinggi hak azasi manusia.
Menurut ketua Miss Indonesia Organization, Liliana Tanoesoedibjo, dibutuhkan waktu tiga tahun untuk meyakinkan induk organisasi Miss World agar mau memilih Indonesia sebagai tuan rumah. Liliana adalah istri pemilik MNC Group Harry Tanoesoedibjo yang juga tokoh Partai Hanura dan salah satu konglomerat serta penguasa media terkemuka di Indonesia.

Bagi aktivis perkontesan pemilihan perempuan-perempuan cantik, maka peristiwa ini tentu dianggap sebagai sebuah momentum besar. Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah untuk acara internasional, yang kabarnya akan disiarkan langsung oleh lebih dari 100 televisi dari berbagai negara. Indonesia akan terkenal. Ujungnya, diharapkan, pariwisata akan makin maju. Duit pun diharapkan masuk. (http://www.hidayatullah.com/read/28447/06/05/2013/%E2%80%9Cpenistaan-martabat-perempuan%E2%80%9D-.html)

Mereka sedang menyilapkan mata kita bahwa kontes ini sejatinya adalah kontes untuk mempertontonkan kemolekan, lenggak-lenggok dan aurat wanita.

Tugas kita sekarang adalah mengabarkan ekses-ekses yang akan muncul jika kontes kecantikan itu jadi diadakan di Indonesia atau dimanapun di dunia. Hal demikian semestinya bisa kita atur secara terorganisir sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk. Kita bisa turun ke jalan-jalan dengan mengibarkan sepanduk dan bendera penolakan. Para khatib jum’at dan majlis-majlis ta’lim sudah semestinya bisa menyerukan kepada jamaahnya untuk menyadari hal ini. Kita juga bisa menghentikan kebiasaan menonton tiga tv nasional yaitu GlobalTV, RCTI, dan MNCTV dimana tv-tv tersebut berada di bawah korporasi media nasional MNC group yang dibawahi oleh Harry Tanoesoedibyo, politisi partai HANURA yang juga suami dari Liliana Tanoesoedibyo, ketua Miss Indonesia Organization, organisasi yang sangat berkepentingan dengan kontes Miss World Indonesia 2013.Kita bisa menghentikan membeli dan membaca Koran Sindo. Langkah boikot itu kita lakukan oleh karena besar kemungkinan media-media tersebut digunakan untuk menutupi borok-borok Miss World atau sebaliknya malah mempromosikan ketelanjangannya. Kita juga bisa melakukan lain-lain tindakan yang mungkin bisa kita lakukan.

“Orang-orang harus dibangunkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
Kenyataan harus dikabarkan
Aku bernyanyi menjadi saksi”
(W.S. RENDRA)

Wallahu a’lam
Sanggar Indah Banjaran 29 Agustus 2013

Di London Liga Muslim Dunia Bahas Peran Islamic Center

Minggu, 18 Agustus 2013 – 10:48 WIB
Hidayatullah.com—Liga Muslim Dunia kantor cabang London hari Kamis (15/8/2013) menyelenggarakan seminar tentang peran pusat-pusat keislaman (islamic center) dalam mengoreksi miskonsepsi tentang Islam.
Sekjen Liga Muslim Dunia Abdullah Al-Turki

Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Abdullah al-Turki mengatakan, setiap Muslim berkewajiban mengoreksi pemahaman yang keliru terhadap Islam. Islam merupakan agama damai, bukan teror. Islam merupakan rangkuman dari semua pesan rasul Allah yang disampaikan lewat kitab-kitab suci yang menyeru kepada Allah.
Menurut Al-Turki, banyak non-Muslim yang ingin mengetahui kebenaran Islam sesungguhnya. Muslim dan non-Muslim punya perang penting dalam menyebarkan kebenaran dan menghentikan kerusakan yang disematkan pada nama Islam.
Organisasi-organisasi Islam hendaknya memadukan strategi dan saling bekerjsama. Media juga dapat membantu mengoreksi miskonsepsi tentang Islam. Seharusnya, kata Al-Turki, ada kerjasama antara universitas, organisasi, pemuda dan orang-orang secara umum.
Komunitas Muslim hendaknya tidak mengisolasi diri dari lingkungan dan mematuhi peraturan yang berlaku di negara tempat tinggalnya. Hal itu akan menunjukkan wajah Islam yang sebenarnya.
“Untuk itu, Liga Muslim Dunia berencana meluncurkan lebih banyak program dalam agenda yang sama di berbagai negara Eropa pekan depan. Sebuah program akan digelar di Jenewa,” kata Al-Turki dikutip Arab News (17/8/2013).
Direktur Jenderal Pusat Kebudayaan Islam London Ahmad al-Dubayan mengatakan, “Kami sangat puas dan bangga dengan konferensi ini.”
Al-Dubayan menekankan pentingnya edukasi bagi para pemuda Muslim. Masyarakat juga perlu memberikan pelayanan sosial guna memperhatikan keperluan keluarga, wanita dan generasi Muslim baru.
“Pemuda merupakan identitas kita dan bagian dari masyarakat islami,” katanya.
Hadir dalam pertemuan itu Abdulrahman Anzi, konsul di Kedutaan Saudi di Inggris, yang mewakili Pangeran Muhammad bin Nawaf, duta besar Saudi untuk Inggris. Anzi berpendapat perlunya disosialisasikan tentang berbagai peran Muslim di dunia Barat. Dialog antaragama juga memainkan peran dalam memperkenalkan Islam.
Anggota kehormatan dewan eksekutif Islamic Finance Council UK, Lord Muhammad Sheikh, mengatakan miskonsepsi tentang Islam perlu diperbaiki, namun dengan cara yang lembut. Miskonsepsi tentang Islam diperbaiki lewat edukasi dan mengajak wanita serta pemuda berperan di dalamnya.
“Setiap Muslim merupakan duta bagi Islam. Adalah Kewajiban kita untuk mengedukasi masyarakat tentang Islam yang sebenarnya dan prinsip-prinsipnya, serta menghilangkan miskonsepsi tentang Islam dengan cara yang lembut,” kata Muhammad Sheikh.*